Sesaaat setelah meramu sebuah keajaiban
Aku ingin memilih untuk hanya berjalan vertikal
Tanpa beburuk sangka, tanpa senjata
Tanpa bermukim, tanpa membuat diriku fasis
Selubung asap hitam itu membuat darahku mengumpul
Menjadi tenaga yang menyeruak, meruang
Diantara peluru, diantara gas-gas
Diantara hiruk-pikuk, diantara aura kematian
Dan seandainya topeng hitam yang berselubung tameng-tameng itu
Berseloroh sedikit tentang keadilan, kemaslahatan dan kesejahtearaan
Aku memilih untuk menyodorkan dadaku pada aroma kental kopi racikan Ares
Daripada aku Bersujud pada tengkorak-tengkorak yang berselubung hipokrasi
Ma'af, aku memilih hitam
Karena aku berkabung
Karena kalian siksa mereka, bunuh mereka
Popor wajah mereka, rampas hak hidup mereka
Ma'af, Aku memilih merah
Karena Aku meradang
Dan aku meresah karena mereka juga resah
Dan karena mereka hanya memilih apa yang mereka anggap Hitam dn Merah.
p_133mhz
Tentang Senja dan Laki - laki Berteman Gitar
Aku melihatnya pertama kali ketika senja mulai mengawang di atas cakrawala
Jari - jarinya begitu lincah memetik senar - senar yang membentang di atas gitarnya
Memainkan lagu yang membiusku tanpa paksa
Entah lagu apa yang dia mainkan hingga tanpa sadar selalu membuat bibirku membentuk sunggingan senyum kecil
Secangkir kopi panas berubah menjadi dingin tanpa sekalipun aku mereguknya
Laki - laki berteman gitar itu telah menyihirku
Membawaku ke sebuah dunia lain yang lebih luas dan tanpa batas
Kini, setiap surya kembali ke ufuk barat dan membiaskan warna tembaga, aku pergi menemuinya
Membiarkannya menyihirku dengan nyanyian dan petikan senar gitar lambang kesempurnaannya
Tiba - tiba jiwaku melayang mengangkasa, menyaksikan laki - laki berteman gitar, aku, dan secangkir kopi tak tersentuh menjadi sebuah potret senja temaram yang sangat indah
-vie-
Jari - jarinya begitu lincah memetik senar - senar yang membentang di atas gitarnya
Memainkan lagu yang membiusku tanpa paksa
Entah lagu apa yang dia mainkan hingga tanpa sadar selalu membuat bibirku membentuk sunggingan senyum kecil
Secangkir kopi panas berubah menjadi dingin tanpa sekalipun aku mereguknya
Laki - laki berteman gitar itu telah menyihirku
Membawaku ke sebuah dunia lain yang lebih luas dan tanpa batas
Kini, setiap surya kembali ke ufuk barat dan membiaskan warna tembaga, aku pergi menemuinya
Membiarkannya menyihirku dengan nyanyian dan petikan senar gitar lambang kesempurnaannya
Tiba - tiba jiwaku melayang mengangkasa, menyaksikan laki - laki berteman gitar, aku, dan secangkir kopi tak tersentuh menjadi sebuah potret senja temaram yang sangat indah
-vie-
Balada Kapas
Wow...beruntungnya dirimu!
Diciptakan dengan warna suci dan penuh kesungguhan
Jiwamu ringan, pergi ke manapun kau suka sepembawa angin kehidupan
Kau menari - nari riang tanpa hambatan
Kau ceria laksana gadis kecil berkepang dua yang belum mengenal isi dunia
Tapi tidak...ketika aku mengenalmu, kau tak sebahagia yang kukira
Kau bilang kau rapuh
Kau bilang kau sepi
Kau bilang kau rindu
Kau bilang kau mati
Karena hidupmu tak berwarna
Kepolosanmu adalah paksaan
Langkahmu tak sesuai harapanmu
Dan kau terkungkung dalam kesendirian ketika bayu memporak - porandakan kebersamaanmu yang ternyata hanya sementara kau menikmatinya
-vie-
Diciptakan dengan warna suci dan penuh kesungguhan
Jiwamu ringan, pergi ke manapun kau suka sepembawa angin kehidupan
Kau menari - nari riang tanpa hambatan
Kau ceria laksana gadis kecil berkepang dua yang belum mengenal isi dunia
Tapi tidak...ketika aku mengenalmu, kau tak sebahagia yang kukira
Kau bilang kau rapuh
Kau bilang kau sepi
Kau bilang kau rindu
Kau bilang kau mati
Karena hidupmu tak berwarna
Kepolosanmu adalah paksaan
Langkahmu tak sesuai harapanmu
Dan kau terkungkung dalam kesendirian ketika bayu memporak - porandakan kebersamaanmu yang ternyata hanya sementara kau menikmatinya
-vie-
Keadilan
Berulangkali aku katakan
"Kita bukan makan dari keadilan"
Dan berulangkali pun mereka menyanggah
"Keadilanlah yang memberimu makan"
Seakan tak ada lagi yang bijak
Seakan tak ada lagi yang hipokrit
Berulangkali aku katakan
"Kita sedang terjajah"
Dan berulangkali lah Anonim bersendawa
"Garuda pancasila itu simbol patriotik"
Seakan tak ada lagi empati
Seakan tak ada lagi kolonialisasi
Dan senyumku mengembang
tatkala Keadilan dan bahan pangan ber sekutu
Tatkala Burung garuda pancasila dijajah oleh hipokrat.
Seakan inginku mendamprat kolonialisasi yang serta-merta menyajikan keindahan dalam selubung patriotisme yang berganti menjadi kubangan pola hirarkis materialis dan oportunis.
Keadilan...oh...
Kapankau datang
p_133mhz
"Kita bukan makan dari keadilan"
Dan berulangkali pun mereka menyanggah
"Keadilanlah yang memberimu makan"
Seakan tak ada lagi yang bijak
Seakan tak ada lagi yang hipokrit
Berulangkali aku katakan
"Kita sedang terjajah"
Dan berulangkali lah Anonim bersendawa
"Garuda pancasila itu simbol patriotik"
Seakan tak ada lagi empati
Seakan tak ada lagi kolonialisasi
Dan senyumku mengembang
tatkala Keadilan dan bahan pangan ber sekutu
Tatkala Burung garuda pancasila dijajah oleh hipokrat.
Seakan inginku mendamprat kolonialisasi yang serta-merta menyajikan keindahan dalam selubung patriotisme yang berganti menjadi kubangan pola hirarkis materialis dan oportunis.
Keadilan...oh...
Kapankau datang
p_133mhz
Subscribe to:
Posts (Atom)